25 Jan 2011

sejarah pasar 16 ilir Palembang

TINJAUAN UMUM KOTA PALEMBANG

Kota palembang adalah sebuah kota otonom dengan luas kota setelah tahun 1988 menjadi 400,6 km2 (PP no.23 tahun 1988)1. Penduduk kota ini berjumlah 1.352.301 jiwa. Kepadatan penduduk menurut angka tahun 1995 adalah 3.238,9 per km2. Kecamatan yang terpadat adalah ilir timur I dengan tingkat kepadatan sebesar 13.346,68 per km2, sedangkan tingkat kepadatan yang terendah adalah kecamatan sukarami dengan tingkat kepadatan 1.095,24 per km2. Pertumbuhan penduduk dari tahun ke tahun terus meningkat, dengan rata-rata pertumbuhan 3,82 %.

Kota Palembang merupakan daerah tropis dengan lembab nisbi, suhu cukup panas yaitu antara 23,4 – 31,7 derajat C, dengan curah hujan terbanyak di bulan April yaitu 388mm ; paling sedikit di bulan September dengan curah hujan 10 mm. Keadaan fisik wilayah kota Palembang pada umumnya tanahnya berlapis alluvial, liat dan berpasir, terletak pada lapisan yang masih sangat muda. Tanah relatif datar, beberapa tempat sebagian tinggi di bagian kota, sebagian tanah selalu digenangi air, baik sewaktu atau sesudah hujan yang turun terus menerus.

Kota Palembang terletak di tepian Sungai Musi, kurang lebih 90 km dari muara yang berada di Selat Bangka. Pada umumnya sungai-sungai di Sumatera Selatan berasal dari Bukit Barisan, kesemuanya bermuara di Sungai Musi, yaitu Sungai Ogan, Sungai Komering, Sungai Lematang, Sungai Kelingi, Sungai Lakitan, Sungai Rupit dan Sungai Rawas; kecuali Sungai Mesuji, Sungai Lalan dan Sungai Banyuasin bermuara ke Selat Bangka.


ARTI NAMA KOTA PALEMBANG

Keadaan fisik wilayah kota dan keadaan alamnya menjadikan kota ini sebagai kota berair dan selalu tergenang oleh air. R.J.Wilkinson dalam kamusnya A Malay English Dictionary (Singapore, 1903) menterjemahkan kata Lembang, adalah tanah yang berlekuk, tanah yang rendah, akar yang membengkak karena lama terendam dalam air. Dr.T. Iskandar2 mengartikan kosa kata Melayau Lembang adalah lembah, tanah lekuk, tanah yang rendah, sedangkan arti lainnya adalah tidak tersusun rapi, terserak-serak. Barangkali pengertian inilah yang mendekati kenyataan untuk kota Palembang.

Para pelopor kolonial belanda banyak memberikan catatan tentang nama Palembang tersebut. Menurut Komisaris I.J. Van Sevenhoven3, Palembang berarti tempat tanh yang dihanyutkan ke tepi, sedangkan Stuerler4 tidak jauh catatannya dengan Stevenhoven, yaitu tanah yang terdampar. Yang agak berlainan adalah apa yang dicatat oleh J.A. Van Rijn van Alkemade5, Palembang berasal dari kata Limbang yang artinya mengayak emas, Palimbang adalah tempat mengayak emas, yaitu tempat yang terletak di pinggiran Sungai Musi.


USIA KOTA PALEMBANG

Palembang adalah kota tertua di Indonesia. Menurut sebuah seminar tentang hari jadi kota Palembang pada tahun 1972 yang kemudian diputuskan oleh walikotamadya Palemban sebagai hari jadi yaitu 17 Juni 683 Masehi. Seminar ini mengacu kepada isi prasasti yang dikenal sebagai prasasti Kedukan Bukit. Prasasti ini telah banyak dikaji dan diteliti pada saat setelah diketemukannya di kedukan Bukit (bagian Barat Kota Palembang) pada 29 November 1920. Tokoh epigrafi banyak silang pendapat tentang terjemahan pada alinea ke 9 prasasti menyatakan : “ dengan cepat dan penuh kegembiraan datang membuat wanua (...)”. J.G.de Casparis 6 dimaksud dengan pendirian wanua disini adalah vihara. Pendapat ini didukung oleh Prof. Dr. Slamet Mulyana 7, setelah dibanding dengan prasasti Siddhayatra (yang dibuat kurang lebih 8 bulan setelah Prasasti Kedukan Bukit dipahat). Sebaiknya epigrafis nasional yang bereputasi internasional Boechari8 membaca prasasti Kedukan Bukit itu sebagai “peletakan batu pertama” dan pembangunan sebuah kota, pada tanggal 16 Juni 682 Masehi. Bagaimanapun pendapat para ilmuwan, kenyataanya Palembang dapat diperkirakan telah ada di tahun 682 tersebut, dengan demikian kota ini telah berumur 1317 tahun. Mengenai gambaran kota ini banyak ditulis oleh para pengelana dari Cina, Arab dan Parsi, terlebih setelah keruntuhan Sriwijaya di abad ke-12 Masehi.
PERKEMBANGAN KOTA PALEMBANG

Kota palembang berkembang dari Kotamadya menjadi kota Metropolitan dan sebagai kota terbesar ke 5 di Indonesia. Kota Palembang terbagi menjadi dua daerah yang di lalui oleh sungai Musi yaitu daerah Ilir dan Ulu.
Pada masa lalu transportasi utama kota Palembang di dominasi oleh transportasi air. Penduduk menggunkan perahu untuk menyebrang ke daerah Ilir dan sebaliknya. Adanya pembangunan Jembatan Ampera mengakibatkan daerah Ulu menjadi tergusur, terutama kampung etnis Cina dan Arab. Hal ini dikarenakan orientasi aktivitas ekonomi lebih banyak erada di kawasan Ilir sebagai pusat pemerintahan dan perdagangan. Kawasan sepanjang tepian sungai musi menjadi kumuh karena banyak ditinggalkan oleh para pemiliknya yang mulai mengembangkan bisnis mereka di daerah Ilir. Rumah-rumah yang ditinggalkan tersebut pun menjadi kumuh dan menjadi hunian liar an terus berkembang mengakibatkan batasan sungai Musi menjadi tidak jelas. Namun seiring dengan perkembangan zaman dan usaha pemerintah untuk menyeimbangkan perkembangan bagian Ulu dan Ilir kota Palembang mulai dilakukan dengan penataan kembali Sungai Musi sebagai identitas dan gerbang kota.


SEJARAH KAWASAN PASAR 16 ILIR PALEMBANG

Menurut DjohanHanafiah, seorang budayawan Palembang, memperkirakan bangunan ruko di pasar baru kawasan pasar 16 ilir Palembang dibangun sekitar tahun 1828. Saat itu kawasan pasar 16 ilir telah menjadi pusat perniagaan dimana untuk menuju ruko-ruko pasar baru penduduk menggunakan sampan1 dari sungai Musi melewati sungai Tengkuruk. Perkembangan pasar tersebut berawal dari periode tahun 1552-1821 yang merupakan masa kesultanan Palembang. Pada masa tersebut diduga adalah lingkungan permukiman pribumi di tepian sungai antara lain sungai musi dan beberapa anak sungai Musi antara lain sungai Tengkuru, sungai Rendang, sungai Sekanak dll. Kemudaian pada periode tahun 1821 – 1950 merupakan masa kolonial Belanda pra kemerdekaan. Pada masa tersebut, kawasan pasar 16 Ilir berkembang pesat menjadi kawasan perdagangan dan sungai Tengkuruk pun di timbun dan di jadikan jalan Tengkuruk yang saat itu menjadi sentra perdagangan pakaian, toko pecah belah, grosir mainan, lampu, toko bumbu masak dan lain sebagainya.

Perkembangan yang sangat pesat terjadi sejak tahun 1950 hingga sekarang ditandai dengan dibangunnya jembatan Ampera pada tahun 1959 dan berkembangnya pusat perdagangan pasar 16 Ilir namun pada masa tersebut pembangunan mengikuti pemerintahan yang ada dan beberapa bangunan peninggalan kolonial Belanda dibongkar. Pada tahun 1976 terjadi kebakaran besar di kawasan pasar 16 Ilir dan pusat pertokoan Tengkuruk Permai. Rekonstruksi dan pembangunan baru dilakukan dan terjadi pelebaran jalan pasar 16 ilir yang kemudian terpaksa memotong bagian depan bangunan di kiri-kanan jalan. Beberapa bangunan lama pun ikut dibongkar menjadi bangunan baru termasuk bangunan pasar 16 Ilir. Perkembangan yang sangat dirasakan pada periode sekarang adalah dimulainya program revitalisasi kawasan BKB (Benteng Kuto Besak) yang terjadi di awal tahun 2000an, dan kemudian relokasi terhadap para pedagang eceran dan edagang kaki lima ke pasar induk Jaka Baring. Dimulai oleh pemerintah untuk me revitalisasi kawasan tersebut dan meningkatkan potensi yang ada di pasar 16 ilir Palembang tersebut.

0 comments:

Posting Komentar

all images are copyright of : muhammadfajriromdhoni@gmail.com. Diberdayakan oleh Blogger.
 
Copyright 2021 muhammadfajriromdhoni. created by kreaSiguntang © by muhammadfajriromdhoni